Save Yourself!
![]() |
| Sumber gambar: www.pinterest.com/butterflyjeanie/plants-vs-zombies/ |
Perkenalkan
namaku Farhan. Ketika dunia masih sangat damai dan tidak ada monster satu pun
yang memakan manusia, kehidupanku terasa biasa-biasa saja sampai virus ini
menyebar hampir ke seluruh dunia. “Hey Nak, bangun!” kudengar suara yang tak asing
di telingaku, itu adalah suara Ayahku. Setelah virus itu tersebar, dunia dan
hari-hari ku menjadi sangat kacau, yang bisa kami lakukan hanyalah menunggu
bantuan datang. “Sampai kapan dunia ini akan seperti ini?” gumamku dalam hati.
Aku dan Ayahku sudah terkurung dikamar apartemen yang kami tinggali sejak virus
ini tersebar. Kami tidak bisa keluar rumah karena banyak monster pemakan
manusia yang biasa kita sebut dengan “Zombie” diluar sana. “Nak, Ayah harus
mencari makanan karena persediaan makanan kita selama 25 hari sudah habis” kata
Ayahku sambil melihat isi persediaan makanan disebuah lemari yang ada dikamar
kami. “Hm.. Apa Ayah yakin ingin keluar?” kata ku sambil sedikit gelisah. “Iya,
Ayah yakin Nak, tenang saja, tidak perlu khawatir” kata Ayahku sambil mengambil
kayu besar yang ada disudut kamar kami yang digunakan untuk melindungi diri
ketika keluar dan apabila zombie-zombie itu bisa masuk kekamar kami. “Kamu diam
dulu disini ya, tunggu saja, kalau Ayah tidak datang sampai malam, kamu
pergilah dan selamatkan diri dari sini” kata Ayahku sambil membuka pintu
kemudian keluar untuk mecari makanan. Diluar kamar apartemenku sudah ada
beberapa zombie, oleh karena itu, aku tidak ingin keluar walaupun dalam keadaan
apapun.
Ketika
itu masih siang, tetapi rasanya sangat lapar sekali karena dari pagi aku tidak
makan apapun. “Ayah lama sekali, dari tadi pagi belum menemukan makanan atau
bagaimana ya?” gumamku dalam hati sambil sedikit gelisah memikirkan Ayahku.
“Brak!!!” suara pintu kamarku yang didobrak. “Huh.. Syukurlah ayah sudah
datang, bagaimana? Apakah banyak dapat makanan?” tanyaku dengan rasa gembira
karena Ayah sudah datang. “Iya, Ayah dapat makanan Nak, mungkin ini cukup
sampai 10 hari saja” kata Ayahku sambil berekspresi agak kesakitan. “Ayah
kenapa? Kok wajahnya seperti itu?” kataku kebingungan. “Ayah tidak apa apa kok”
kata Ayahku sambil meyakinkanku.
Malampun
tiba, kamipun tidur dan lagi-lagi ada zombie yang menyakar pintu kamar kami
dari luar, suaranya sangat mengganggu, untunglah Ayah sudah mengunci pintunya
sehingga zombie-zombie itu tidak dapat masuk. Setelah suara itu berhenti,
kamipun tidur, tetapi aku melihat tangan Ayah yang sudah tergigit oleh zombie.
Tangan Ayahku penuh dengan darah dan hampir seluruh dagingnya tersobek bekas
gigitan zombie itu. Keesokan paginya, aku dan Ayahku sarapan dengan memakan
roti dan pada saat sarapan, aku ingat dengan apa yang aku lihat tadi malam.
“Ayah, tangan Ayah kenapa?” tanyaku sambil mengerutkan alisku. “Ini?” kata Ayah
sambil menunjuk ke arah tangan yang tergigit zombie, “Ayah tidak apa-apa kok,
ini Cuma bekas gigitan zombie” kata Ayahku sambil sedikit tersenyum, menandakan
bahwa dia tidak apa-apa. “Nak, kalaupun Ayah berubah menjadi zombie, Ayah tidak
mungkin menggigitmu atau melukaimu” kata Ayahku sambil meyakinkanku. “Ayah,
kalau Ayah sampai menjadi zombie, bagaimana nasibku?” tanyaku sambil bersedih.
“Tenang saja Nak, Ayah yakin akan ada bantuan yang datang untuk membantumu
keluar dari apartemen ini.
Ketika
malam hari, entah kenapa bola mata Ayahku menjadi sangat merah dan seakan-akan
warna merah itu seperti warna darah. “Nak, berjanjilah pada Ayah, kamu akan
hidup dan akan keluar dari apartemen ini” kata Ayahku. “Aku janji Ayah, aku
akan menjaga diri dengan sangat baik” kataku sambil menangis karena aku tahu, Ayah
sudah menunjukkan tanda-tanda menjadi zombie. “Selamat tinggal Nak, tetaplah
hidup” kata Ayahku sambil keluar dari kamar apartemen. Aku tidak bisa tidur
sampai pagi, karena tanpa Ayah, aku tidak tahu harus berbuat apa. Ketika sudah
10 hari ditinggal oleh Ayah, akupun kehabisan persediaan makanan, aku tidak tahu
apa yang harus aku lakukan. Aku hanya bisa berdiam diri, menangis dan putus
asa. Pada saat itu aku teringat dengan janjiku kepada Ayah bahwa aku harus
bertahan hidup, aku yakin akan ada bantuan yang akan menolongku. Akupun
mengambil tongkat kayu yang tergeletak dibawah kasurku kemudian keluar dari
kamarku untuk mencari persediaan makanan untuk bertahan hidup. “Ciiittt” suara
pintu yang sudah sangat parah kondisinya, akupun menelusuri semua ruang apartemen,
tetapi tidak ada satupun makanan yang ada. Ketika aku sedang mencari, aku
melihat sebuah toko roti yang didepan pintu toko tersebut beberapa ada zombie,
akupun berpikir apakah aku akan pergi kesana atau tidak. “Aku harus kesana jika
ingin bertahan hidup” kataku dalam hati dengan perasaan yang bercampur aduk.
Akupun pergi keluar apartemen dan menuju ke jalan raya. “Kemana para zombie
itu? Mungkin karena ini siang, mereka takut untuk keluar” kataku dalam hati
sambil berlari menuju ketoko roti tersebut dan ketika aku sampai didepan toko
tersebut, aku bersembunyi dibalik mobil agar tidak ketahuan oleh zombie-zombie
yang ada didepan toko roti tersebut. Banyak sekali zombie didepan toko roti
itu, ada 5 zombie.
Akupun
kebingungan, bagaimana cara agar zombie-zombie itu dapat aku singkirkan dari
sana. Aku melihat ada sebuah batu besar didepanku, akupun melempar batu
tersebut untuk mengalihkan para
zombie-zombie itu agar pergi dari sana. Aku mencoba apakah cara ini akan
berhasil atau tidak. Ternyata cara pertama itu tidak berhasil, akupun
mencobanya lagi, dan syukurlah setelah aku mencobanya lagi, zombie-zombie itu
mau teralihkan dan pergi dari sana. Tetapi masih ada satu zombie yang tetap
diam. Entah mengapa dalam pikiranku ada ide untuk membunuh zombie itu seperti
dalam film-film. “Aku akan membunuh zombie itu, lagipula hanya satu” kataku
dalam hati sambil berlarian dan mendekati zombie itu. “HHAAA!!!” teriakku
sambil memukul kepala zombie untuk dengan tongkat kayu yang aku pegang, tetapi
zombie itu masih saja terbangun dan mengejarku. Akupun berlari kedalam toko
roti tersebut, tetapi zombie itu tetap saja mengejarku, aku berlari sekuat
tenaga dari zombie itu, tetapi ketika aku berlari dan sudah ada didalam toko
tersebut, didepan ada kerumunan zombie yang sedang memakan manusia, akupun
bingung dan berpikir dalam hati “kalau aku balik, masih ada zombie yang
mengejarku tadi, tetapi kalau aku kesana, ada kerumunan zombie yang sedang
makan daging manusia”. Akupun pergi dari tempat itu dan kembali lagi ketempat zombie
yang tadi mengejarku, tetapi ketika aku ingin kembali, aku tidak sengaja
menginjak sebuah plastik dan menyebabkan suara yang lumayan agak keras dan
bergema karena didalam toko itu tidak ada apa-apa kecuali kerumunan zombie itu.
Ketika aku menginjak plastik itu, kerumunan zombie itupun menoleh kearahku dan
mengejarku. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?” kataku dalam hati sambil
berlari menjauhi kerumunan zombie itu dan kerumunan zombie itu tetap saja
mengerjarku, dan sampailah aku diluar toko tersebut, tetapi 5 zombie itu
kembali lagi, dan mereka mengejarku, ketika aku berlari, tidak sengaja aku
menginjak sebuah paku dan seketika itu aku terjatuh. Zombie-zombie itu tetap
mengejarku tetapi untunglah ada sebuah helikopter dan dari helikopter tersebut
turunlah beberapa tentara yang membawa senjata dan segera menembak
zombie-zombie itu. Akupun diangkat oleh salah satu anggota mereka dan dinaikkan
ke helikopter tersebut. Akhirnya kamipun pergi dari kota tersebut dan menuju
ketempat pengungsian yang lebih aman.
Tamat
Terima kasih sudah mau membaca cerpen saya ini, semoga dapat menghibur kalian semua :)

No comments:
Post a Comment