Cerpen Fiksi: Save yourself! - Semuanya Ada

Home Top Ad

Tuesday, September 27, 2016

Cerpen Fiksi: Save yourself!

Halo, selamat datang lagi ke blog saya, disini saya akan memberikan sebuah cerpen fiksi yang merupakan cerpen ciptaan saya, semoga bisa menghibur kalian.. Silahkan dibaca.. :)

Save Yourself!
Sumber gambar: www.pinterest.com/butterflyjeanie/plants-vs-zombies/

                Perkenalkan namaku Farhan. Ketika dunia masih sangat damai dan tidak ada monster satu pun yang memakan manusia, kehidupanku terasa biasa-biasa saja sampai virus ini menyebar hampir ke seluruh dunia. “Hey Nak, bangun!” kudengar suara yang tak asing di telingaku, itu adalah suara Ayahku. Setelah virus itu tersebar, dunia dan hari-hari ku menjadi sangat kacau, yang bisa kami lakukan hanyalah menunggu bantuan datang. “Sampai kapan dunia ini akan seperti ini?” gumamku dalam hati. Aku dan Ayahku sudah terkurung dikamar apartemen yang kami tinggali sejak virus ini tersebar. Kami tidak bisa keluar rumah karena banyak monster pemakan manusia yang biasa kita sebut dengan “Zombie” diluar sana. “Nak, Ayah harus mencari makanan karena persediaan makanan kita selama 25 hari sudah habis” kata Ayahku sambil melihat isi persediaan makanan disebuah lemari yang ada dikamar kami. “Hm.. Apa Ayah yakin ingin keluar?” kata ku sambil sedikit gelisah. “Iya, Ayah yakin Nak, tenang saja, tidak perlu khawatir” kata Ayahku sambil mengambil kayu besar yang ada disudut kamar kami yang digunakan untuk melindungi diri ketika keluar dan apabila zombie-zombie itu bisa masuk kekamar kami. “Kamu diam dulu disini ya, tunggu saja, kalau Ayah tidak datang sampai malam, kamu pergilah dan selamatkan diri dari sini” kata Ayahku sambil membuka pintu kemudian keluar untuk mecari makanan. Diluar kamar apartemenku sudah ada beberapa zombie, oleh karena itu, aku tidak ingin keluar walaupun dalam keadaan apapun.

                Ketika itu masih siang, tetapi rasanya sangat lapar sekali karena dari pagi aku tidak makan apapun. “Ayah lama sekali, dari tadi pagi belum menemukan makanan atau bagaimana ya?” gumamku dalam hati sambil sedikit gelisah memikirkan Ayahku. “Brak!!!” suara pintu kamarku yang didobrak. “Huh.. Syukurlah ayah sudah datang, bagaimana? Apakah banyak dapat makanan?” tanyaku dengan rasa gembira karena Ayah sudah datang. “Iya, Ayah dapat makanan Nak, mungkin ini cukup sampai 10 hari saja” kata Ayahku sambil berekspresi agak kesakitan. “Ayah kenapa? Kok wajahnya seperti itu?” kataku kebingungan. “Ayah tidak apa apa kok” kata Ayahku sambil meyakinkanku.

                Malampun tiba, kamipun tidur dan lagi-lagi ada zombie yang menyakar pintu kamar kami dari luar, suaranya sangat mengganggu, untunglah Ayah sudah mengunci pintunya sehingga zombie-zombie itu tidak dapat masuk. Setelah suara itu berhenti, kamipun tidur, tetapi aku melihat tangan Ayah yang sudah tergigit oleh zombie. Tangan Ayahku penuh dengan darah dan hampir seluruh dagingnya tersobek bekas gigitan zombie itu. Keesokan paginya, aku dan Ayahku sarapan dengan memakan roti dan pada saat sarapan, aku ingat dengan apa yang aku lihat tadi malam. “Ayah, tangan Ayah kenapa?” tanyaku sambil mengerutkan alisku. “Ini?” kata Ayah sambil menunjuk ke arah tangan yang tergigit zombie, “Ayah tidak apa-apa kok, ini Cuma bekas gigitan zombie” kata Ayahku sambil sedikit tersenyum, menandakan bahwa dia tidak apa-apa. “Nak, kalaupun Ayah berubah menjadi zombie, Ayah tidak mungkin menggigitmu atau melukaimu” kata Ayahku sambil meyakinkanku. “Ayah, kalau Ayah sampai menjadi zombie, bagaimana nasibku?” tanyaku sambil bersedih. “Tenang saja Nak, Ayah yakin akan ada bantuan yang datang untuk membantumu keluar dari apartemen ini.

                Ketika malam hari, entah kenapa bola mata Ayahku menjadi sangat merah dan seakan-akan warna merah itu seperti warna darah. “Nak, berjanjilah pada Ayah, kamu akan hidup dan akan keluar dari apartemen ini” kata Ayahku. “Aku janji Ayah, aku akan menjaga diri dengan sangat baik” kataku sambil menangis karena aku tahu, Ayah sudah menunjukkan tanda-tanda menjadi zombie. “Selamat tinggal Nak, tetaplah hidup” kata Ayahku sambil keluar dari kamar apartemen. Aku tidak bisa tidur sampai pagi, karena tanpa Ayah, aku tidak tahu harus berbuat apa. Ketika sudah 10 hari ditinggal oleh Ayah, akupun kehabisan persediaan makanan, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku hanya bisa berdiam diri, menangis dan putus asa. Pada saat itu aku teringat dengan janjiku kepada Ayah bahwa aku harus bertahan hidup, aku yakin akan ada bantuan yang akan menolongku. Akupun mengambil tongkat kayu yang tergeletak dibawah kasurku kemudian keluar dari kamarku untuk mencari persediaan makanan untuk bertahan hidup. “Ciiittt” suara pintu yang sudah sangat parah kondisinya, akupun menelusuri semua ruang apartemen, tetapi tidak ada satupun makanan yang ada. Ketika aku sedang mencari, aku melihat sebuah toko roti yang didepan pintu toko tersebut beberapa ada zombie, akupun berpikir apakah aku akan pergi kesana atau tidak. “Aku harus kesana jika ingin bertahan hidup” kataku dalam hati dengan perasaan yang bercampur aduk. Akupun pergi keluar apartemen dan menuju ke jalan raya. “Kemana para zombie itu? Mungkin karena ini siang, mereka takut untuk keluar” kataku dalam hati sambil berlari menuju ketoko roti tersebut dan ketika aku sampai didepan toko tersebut, aku bersembunyi dibalik mobil agar tidak ketahuan oleh zombie-zombie yang ada didepan toko roti tersebut. Banyak sekali zombie didepan toko roti itu, ada 5 zombie.

                Akupun kebingungan, bagaimana cara agar zombie-zombie itu dapat aku singkirkan dari sana. Aku melihat ada sebuah batu besar didepanku, akupun melempar batu tersebut untuk mengalihkan  para zombie-zombie itu agar pergi dari sana. Aku mencoba apakah cara ini akan berhasil atau tidak. Ternyata cara pertama itu tidak berhasil, akupun mencobanya lagi, dan syukurlah setelah aku mencobanya lagi, zombie-zombie itu mau teralihkan dan pergi dari sana. Tetapi masih ada satu zombie yang tetap diam. Entah mengapa dalam pikiranku ada ide untuk membunuh zombie itu seperti dalam film-film. “Aku akan membunuh zombie itu, lagipula hanya satu” kataku dalam hati sambil berlarian dan mendekati zombie itu. “HHAAA!!!” teriakku sambil memukul kepala zombie untuk dengan tongkat kayu yang aku pegang, tetapi zombie itu masih saja terbangun dan mengejarku. Akupun berlari kedalam toko roti tersebut, tetapi zombie itu tetap saja mengejarku, aku berlari sekuat tenaga dari zombie itu, tetapi ketika aku berlari dan sudah ada didalam toko tersebut, didepan ada kerumunan zombie yang sedang memakan manusia, akupun bingung dan berpikir dalam hati “kalau aku balik, masih ada zombie yang mengejarku tadi, tetapi kalau aku kesana, ada kerumunan zombie yang sedang makan daging manusia”. Akupun pergi dari tempat itu dan kembali lagi ketempat zombie yang tadi mengejarku, tetapi ketika aku ingin kembali, aku tidak sengaja menginjak sebuah plastik dan menyebabkan suara yang lumayan agak keras dan bergema karena didalam toko itu tidak ada apa-apa kecuali kerumunan zombie itu. Ketika aku menginjak plastik itu, kerumunan zombie itupun menoleh kearahku dan mengejarku. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?” kataku dalam hati sambil berlari menjauhi kerumunan zombie itu dan kerumunan zombie itu tetap saja mengerjarku, dan sampailah aku diluar toko tersebut, tetapi 5 zombie itu kembali lagi, dan mereka mengejarku, ketika aku berlari, tidak sengaja aku menginjak sebuah paku dan seketika itu aku terjatuh. Zombie-zombie itu tetap mengejarku tetapi untunglah ada sebuah helikopter dan dari helikopter tersebut turunlah beberapa tentara yang membawa senjata dan segera menembak zombie-zombie itu. Akupun diangkat oleh salah satu anggota mereka dan dinaikkan ke helikopter tersebut. Akhirnya kamipun pergi dari kota tersebut dan menuju ketempat pengungsian yang lebih aman.
Tamat

Terima kasih sudah mau membaca cerpen saya ini, semoga dapat menghibur kalian semua :)

No comments:

Post a Comment